Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2020

Saluran-saluran Islamisasi Di Indonesia

Kedatangan Islam dan penyebarannya, baik kepada para bangsawan dan masyarakat umum di Indonesia dilakukan secara damai. Terdapat enam saluran dan cara islamisasi di Indonesia, yaitu:  1. Saluran Perdagangan  Pada tahap permulaan, proses penyebaran Islam dilakukan dengan cara perdagangan. Hal ini dapat diketahui melalui adanya kesibukan lalu lintas Perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16; Menurut Tome Pires, aktivitas Perdagangan ini banyak melibatkan bangsa-bangsa di dunia, termasuk bangsa Arab, Persia, India, Cina dan lain-lain. Di pesisir pulau Jawa, terdapat banyak para pedagang muslim bermukim, mereka berhasil mendirikan musholla-musholla, masjid-masjid dan bahkan mendirikan pondok-pondok atau lembaga pendidikan Islam. Mereka juga mendatangkan mullah-mullah dari luar, sehingga jumlah mereka semakin hari bertambah banyak.  Perdagangan dimanfaatkan setiap saudagar muslim sebagai sarana atau media untuk berdakwah. Dalam ajaran Islam, setiap muslim mempunyai kewajiban untuk menyebarkan

Tahap-tahap Perkembangan Islam di Indonesia

Berbeda dengan sejarah masuknya Islam ke beberapa negara lain, masuknya Islam ke Nusantara melalui jalan damai, dan hal ini tidak dipungkiri oleh pihak manapun. Penyebaran agama Islam ke wilayah ini melalui tahapan-tahapan panjang, sehingga menjadikan mayoritas penduduknya memeluk agama Islam.  1. Kehadiran Para Pedagang Muslim (7-12 M)  Tahap ini merupakan periode permulaan kedatangan para pedagang, dan sosialisasi Islam di kawasan Asia Tenggara, khususnya Nusantara, yang dimulai dengan kontak sosial budaya antara para pendatang muslim dengan penduduk setempat. Pada tahapan ini, seperti yang telah dikemukakan, bahwa diduga para pedagang muslim sudah mulai berdagang mulai abad ke-7 M. Dalam fase perdagangan ini, para saudagar muslim juga melakukan dakwah Islam dengan cara damai, sehingga memudahkan mereka untuk mensosialisasikan ajaran-ajaran Islam pada masyarakat lokal.  2. Terbentuknya Kerajaan-kerajaan Islarn (13-16 M)  Setelah komunitas Islam merasa kuat dan mapan, mereka mulai mem

Sejarah Masuknya Islam Di Indonesia

Sejumlah intelektual telah mengemukakan teori sekitar masuk dan tersebarnya Islam di Nusantara. Meski tidak ada kesepakatan tentang kapan Islam tersebar di wilayah ini dan siapa yang paling berjasa dalam proses islamisasi, tidak dapat dipungkiri bahwa Islam tersebar di wilayah ini dengan cara-cara damai dan tidak memakai jalan kekerasan. Para sarjana berbeda pendapat tentang tiga hal, yaitu kapan islamisasi wilayah Nusantara, dari mana Islam berasal, dan siapa penyebar Islam. Dalam menjawab pertanyaan pertama, para sarjana berpendapat terentang antara abad kedelapan sampai lima belas Masehi. Sementara untuk pertanyaan kedua, perbedaan di antara mereka antara Arab, Persia, Gujarat, India Selatan dan Bengal. Sedangkan pertanyaan terakhir, para sarjana berbeda antara para pedagang muslim atau pendakwah/sufi. Terdapat tiga pendapat tentang masuknya Islam ke Indonesia, yaitu:  Pendapat pertama; Pijnappel, guru besar University of Leiden, berpendapat bahwa Islam dibawa ke Nusantara oleh para

Dampak Pemikiran Pembaruan di Indonesia

Gerakan pembaruan di negara-negara timur tengah tidak hanya tersebar di lingkungan mereka sendiri, namun juga meluas hingga ke Nusantara. Pengaruh-pengaruhnya antara lain sebagai berikut:  1. Gerakan Paderi  Gerakan pembaruan yang dilakukan oleh Al-Afghani dan Muhammad bin Abdul Wahab sampai juga ke Indonesia terutama terhadap tokoh-tokoh seperti H. Miskin (Kab. Agam, Sumbar), H. Abdul Rahman (Kab. Lima Puluh Kota, Sumbar), H. Salman Faris (Kab. Tanah Datar, Sumbar). Mereka dikenal dengan nama H. Miskin, H. Piobang dan H. Sumanik. Sepulang dari tanah suci mereka terilhami oleh pemikiran Muhammad bin Abdul Wahab. Mereka pulang dari tanah suci pada tahun 1803 M dan sebagai pengaruh pemikiran para pembaru Timur Tengah tersebut adalah timbulnya gerakan Paderi. Gerakan tersebut bermaksud ingin membersihkan ajaran Islam yang telah bercampur baur dengan perbuatan-perbuatan yang bukan Islam. Hal ini menimbulkan pertentangan antar golongan adat dan golongan Paderi.  2. Munculnya Organisasi Mode

Pemikiran-pemikiran Pembaruan Islam

Gerakan pembaruan Islam yang terjadi di dunia Islam tentu tidak terlepas dari peran tokoh-tokoh pembaru beserta pemikiran-pemikirannya sebagai bentuk gagasan dalam kebangkitan Islam. Di antara tokoh-tokoh tersebut adalah:  1. Ibnu Taimiyah (w. 1328 M)   Ibnu Taimiyah Jauh sebelum muncul pemikiran wahabi, pada abad ke-14 telah ada tokoh yang menjadi inspirator gerakan pembaruan, bernama Ibnu Taimiyah (1263-1328 M). Ia sangat tidak setuju terhadap sufisme, bidah, dan khurafat yang banyak dilakukan oleh umat Islam pada masa itu. Ia juga menentang taklid buta, dan mewajibkan ide dibukanya kembali pintu ijtihad. Ia menafikan berlakunya ijma' secara hakiki selepas zaman sahabat yang dipandang sebagai salah satu sumber hukum Islam, yang berupa kesepakatan semua mujtahid di kalangan umat Islam pada masa sesudah Rasulullah. Ibnu Taimiyah mengemukakan bahwa Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai sumber utama ajaran Islam. Ibnu Taimiyah juga tidak setuju terhadap pemuliaan kuburan para wali dan

DVD Khalifah Trans7 - Vol.3

Koleksi Video Khalifah Trans7, Dokumenter Sejarah Islam yang disampaikan secara tematik oleh Pakar Sejarah Islam, Ust Budi Ashari, Lc yang ditayangkan secara rutin di Trans7. Silakan Pesan Koleksi ini melalui   Tokopedia Klik:  PESAN SEKARANG List Title Khalifah Vol.3 Maret 2015 145 Menggapai Kekhusukan Shalat 146 Georgius Theodorus 147 Abbas Bin Abdul Muthalib sebagai Pelindung Rasulullah 148 Pelajaran Berharga dari Perang Hunayn April 2015 149 Imam Al-Ghazali Pembela Akidah Islam 150 Negeri yang Penuh Kelembutan 151 Titik Balik Kehidupan Setan Quraisy 152 Pemimpin Bertangan Besi 153 Keruntuhan Dinasti Bani Umayyah 154 Shalahuddin Al-Ayyubi (Pembela Al-Quds) 155 Hibbu Rasulillah 156 Cinta Sejati Hingga Maut Memisahkan Bulan Mei 2015 157 Usamah bin Al Khuwairis (Akhir dari Pencari Kebenaran) 158 Ibu Setelah Ibu Rasulullah 159 Syaqna bin Abdul Wahid (Ahlul Bait Palsu) 160 Kesaksian Pembelah Dada Nabi 161 Abu Bakar As-Shiddiq (Keteguhan Iman Sang Pembenar) 162 Ibu Teladan Asma binti Abu

DVD Khalifah Trans7 - Vol.2

Koleksi Video Khalifah Trans7, Dokumenter Sejarah Islam yang disampaikan secara tematik oleh Pakar Sejarah Islam, Ust Budi Ashari, Lc yang ditayangkan secara rutin di Trans7. Silakan Pesan Koleksi ini melalui   Tokopedia Klik:  PESAN SEKARANG List Title Khalifah Vol.2 Desemeber 2013 80 Al-Amin dan Al-Ma'mun 81 Menyongsong Kehancuran Yahudi 82 Saifuddin Qutuz 83 Syamr bin Zil Jausyan 84 Tragedi Karbala Januari 2014 85 Thariq bin Ziyad 86 Imam Syafi'i 87 Imam Syafi'i 2 Februari 2014 88 Zubair bin Awwam 89 Suroqoh bin Malik 90 Suhail bin Amr 91 Zaid bin Amr Maret 2014 92 Usamah bin Zaid 93 Abu Sufyan bin Harb 94 Heraklius 95 Gerakan Murtad 96 Waroqoh bin Naufal April 2014 97 Abu Ja'far Al-Manshur 98 Abu Ubaidah bin Jarrah 99 Amr bin Ash 100 Keluarga Yasir Mei 2014 101 Al-Walid bin Al-Mughiroh 102 Taubatnya Sang Nabi Palsu; Tulaihah bin Khuwailid 103 Perjalanan Menuju Kenabian; Muhammad SAW 104 Ubaydullah bin Jahsyi 105 Perjalanan Mengemban Risalah, Nabi Muhammad SAW Juni 2

Tahap-tahap Pembaruan

Gerakan pembaruan Islam telah melewati proses panjang. Menurut Cendikiawan dari Pakistan Fazlur Rahman (1919-1988 M), proses perkembangan pembaruan Islam paling sedikit telah melewati empat tahap. Keempatnya menyajikan model gerakan yang berbeda. Meski demikian, antara satu dengan lainnya dapat dikatakan sebuah keberlangsungan (continuity) daripada pergeseran dan perubahan yang terputus-putus. Hal ini karena gerakan pembaharuan Islam muncul bersamaan dengan fase-fase kemodernan yang cukup lama terjadi di dunia, yaitu sejak pencerahan pada abad ke-18 dan terus berkembang hingga sekarang. Tahap-tahap gerakan pembaruan Islam dapat dijelaskan sebagai berikut. Tahap pertama, adalah tahap gerakan yang disebut-sebut dengan revivalisme pramodernis (premodernism revivalism) atau disebut juga revivalis awal (early revivalism) . Golongan Revivalis (Pra-Modernis), mulai muncul pada akhir abad ke18 dan awal abad ke-19 yang dipelopori oleh gerakan Wahabiyah di Arab Saudi, Sanusiyah di Afrika Utar

Latar Belakang Munculnya Gerakan Pembaharuan

Munculnya gerakan pembaruan dan modernisasi di dunia Islam dilatarbelakangi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah situasi dan kondisi umat Islam sendiri, yaitu antara lain; Pertama, paham tauhid yang dianut kaum muslimin di dunia telah bercampur aduk dengan kebiasaan-kebiasaan yang dipengaruhi oleh tarekat-tarekat, pemujaan berlebihan terhadap para wali dan orang-orang yang dianggap suci, dan hal-hal lain yang bisa membawa kepada kekufuran.  Kedua, sifat jumud membuat umat Islam berhenti berfikir dan berusaha, umat Islam maju di zaman klasik karena mereka mementingkan dan menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Oleh karena itu selama umat Islam masih bersifat jumud dan tidak mau berfikir untuk berijtihad, maka tidak mungkin mengalami kemajuan, untuk itu perlu adanya pembaruan yang berusaha memberantas kejumudan.  Ketiga, umat Islam dalam kondisi terpecah belah. Selama umat Islam terpecah belah, maka umat Islam tidak akan mengalami kemajuan. Umat Islam akan maju-jika

Pengaruh Peradaban Islam Di Eropa

Islam berkuasa di Spanyol lebih dari tujuh abad. Banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa, dan kemudian dunia, kepada kemajuan yang lebih kompleks. Setelah berakhirnya periode klasik Islam, ketika Islam mulai memasuki masa kemunduran, Eropa bangkit dari keterbelakangannya. Kebangkitan itu bukan saja terlihat dalam bidang politik dengan keberhasilan Eropa mengalahkan kerajaan-kerajaan Islam dan bagian dunia lainnya, tetapi terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan Eropa yang terus berkembang hingga saat ini banyak berutang budi kepada khazanah ilmu pengetahuan Islam yang berkembang pada masa klasik. Walaupun banyak saluran bagaimana peradaban Islam mempengaruhi Eropa, seperti Sicilia dan Perang Salib, tetapi saluran yang terpenting adalah Spanyol Islam. Orang-orang Eropa menyaksikan kenyataan bahwa Spanyol di bawah kekuasaan Islam jauh lebih maju meninggalkan negara-negara tetangganya di Eropa, terutama dalam bidang pemikiran dan sains d

Pusat Peradaban: CORDOBA

Ketika ad-Dakhil berkuasa, Cordoba menjadi ibu kota negara. Ia membangun kembali kota ini dan memperindahnya, serta membangun benteng dan istananya. Agar kota ini mendapat air bersih, digalinya danau yang airnya didatangkan dari pegunungan. Air danau itu, selain dialirkan ke istana dan rumah-rumah penduduk, juga dialirkan melalui parit-parit ke kolam-kolam dan lahan-lahan pertanian. Penduduk Andalusia, termasuk Cordoba memperoleh peran yang sama dalam pembangunan negara. Dinasti Bani Umayyah II mampu menempatkan Cordoba sejajar dengan Konstantinopel dan Bagdad sebagai pusat peradaban dunia. Perkembangan pesat terjadi pada masa al-Mustansir dan al-Muayyad. Pusat kota yang dikelilingi oleh dinding tembok dengan tujuh pintu gerbangnya, pada waktu itu sudah berada di tengah, karena berkembangnya daerah pinggiran di sekitarnya. Daerah pinggiran itu, menurut sejarawan Jurji Zaidan berjumlah 21 distrik, masing-masing distrik memiliki banyak masjid, beberapa pasar, dan pemandian umum. Menurut

Perkembangan Peradaban/Kebudayaan Dan Ilmu Pengetahuan di Andalusia

Islam di Andalusia berlangsung sekitar tujuh setengah abad lamanya. Dalam kurun waktu tersebut banyak prestasi yang telah dilakukan oleh para amir, khalifah, penguasa, para ulama, cendikiawan, dan masyarakat, dalam mengembangkan Andalusia dalam berbagai bidang keilmuan dan peradaban. Banyak ahli mengakui pengaruh peradaban Islam terhadap kemajuan-kemajuan Eropa dan dunia Barat pada saat ini. Berikut ini akan diuraikan kemajuan dan prestasi Dinasti Bani Umayyah II di Andalusia. 1. Kebudayaan Non Fisik a. Lembaga Pendidikan Pendidikan dasar bagi anak-anak di Andalusia meliputi kemampuan baca tulis Al-Qur'an, tata bahasa Arab, dan puisi Arab. Pendidikan di Spanyol hampir rata meliputi seluruh penduduk negeri, sehingga sebagian besar muslim, laki-laki dan perempuan saat itu mampu membaca dan menulis. Padahal waktu itu situasi di Eropa masih dalam kondisi kurang begitu berpendidikan. Pendidikan tinggi difokuskan pada tafsir Al-Qur'an, tata bahasa Arab, sejarah, filsafat, puisi, dan