Langsung ke konten utama

Pemikiran-pemikiran Pembaruan Islam

Gerakan pembaruan Islam yang terjadi di dunia Islam tentu tidak terlepas dari peran tokoh-tokoh pembaru beserta pemikiran-pemikirannya sebagai bentuk gagasan dalam kebangkitan Islam. Di antara tokoh-tokoh tersebut adalah: 

1. Ibnu Taimiyah (w. 1328 M) 

Ibnu Taimiyah
Jauh sebelum muncul pemikiran wahabi, pada abad ke-14 telah ada tokoh yang menjadi inspirator gerakan pembaruan, bernama Ibnu Taimiyah (1263-1328 M). Ia sangat tidak setuju terhadap sufisme, bidah, dan khurafat yang banyak dilakukan oleh umat Islam pada masa itu. Ia juga menentang taklid buta, dan mewajibkan ide dibukanya kembali pintu ijtihad. Ia menafikan berlakunya ijma' secara hakiki selepas zaman sahabat yang dipandang sebagai salah satu sumber hukum Islam, yang berupa kesepakatan semua mujtahid di kalangan umat Islam pada masa sesudah Rasulullah. Ibnu Taimiyah mengemukakan bahwa Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai sumber utama ajaran Islam. Ibnu Taimiyah juga tidak setuju terhadap pemuliaan kuburan para wali dan orang yang dianggap keramat, dan juga meminta atau berdoa kepada Allah dengan perantara para wali dan orang keramat yang sudah meninggal dunia. Karena menurutnya, perbuatan-perbuatan tersebut termasuk syirik (menyekutukan Allah). 

2. Muhammad bin Abdul Wahhab (w. 1792 M) 

Syekh Muhammad bin Abdul Wahab
Muhammad bin Abdul Wahhab adalah ulama besar yang produktif lahir di Nejed Arab Saudi pada tahun 1703 M. Dia telah mempelopori gerakan pemurnian tauhid yang disebut dengan Gerakan Wahabiyah. Secara umum tujuan gerakan Wahabi yaitu mengikis habis segala bentuk takhayul, bid'ah, khurafat dan bentuk-bentuk penyimpangan pemikiran dan praktik keagamaan umat Islam yang dinilainya telah keluar dari ajaran Islam yang sebenarnya.


3. Jamaluddin Al-Afghani (w. 1897 M) 

Juru bicara terbesar bagi modernisme Islam adalah Jamaluddin al-Afghani (1889-1897 M) lahir di Asadabad Afganistan. Beliau pendiri perkumpulan Al-Urwah Al-Wutsqa (Ikatan yang Kuat) suatu perkumpulan yang anggotanya terdiri atas orang-orang Islam dari berbagai Negara yang bertujuan untuk memperkuat rasa persaudaraan Islam, membela Islam dan membawa umat Islam kepada kemajuan. Pemikirannya selain ajakan untuk pemurnian kembali ajaran Islam, ia juga melahirkan ide tentang adanya persamaan antara pria dan wanita dalam beberapa hal, kepemimpinan otokrasi supaya diubah menjadi demokrasi. Gerakan politisnya adalah Pan-Islamisme dan anti kolonial. Ia senantiasa berpihak pada kelompok yang menentang kolonialisme Inggris. Ide modernismenya dalam pembaruan politik adalah kesatuan dunia Islam. 

Jalaludin Al-Afghani
Sebagai orang yang terdidik ia sangat dikenal sebagai filosof muslim. Al-Afghani berusaha membangkitkan kesadaran umat Islam terhadap ancaman dominasi bangsa Eropa dan untuk menentang penguasa-penguasa muslim yang bersengkongkol dengan intervensi pihak Kristen. Karir politiknya mengantarkan dirinya ke India, Afghanistan, Mesir, Perancis, England, Iran dan akhirnya Istambul tempat ia meninggal. 

Tujuan utama yang dilakukan Afghani terhadap kekuatan Eropa adalah menginginkan pemulihan zaman keemasan Islam masa silam. Untuk memulihkan keemasan Islam diperlukan reformasi masyarakat muslim yang korup. Menurutnya, reformasi Islam adalah penting lantaran ia merupakan basis moral bagi pencapaian teknik dan ilmiah, bahkan bagi solidaritas politik dan kekuasaan. Pada intinya, Islam sangat tepat dijadikan sebagai landasan bagi sebuah masyarakat modern. Islam adalah agama akal dan membebaskan penggunaan akal pikiran. Ia berdalih bahwasannya Al-Qur'an harus ditafsirkan dengan akal dan mestilah dibuka kesempatan bagi penafsiran ulang (reinterpretasi) oleh para individu dalam setiap zaman. Dengan menekankan penafsiran Al-Qur'an secara rasional, Afghani yakin bahwa Islam mampu menjadi dasar bagi sebuah masyarakat ilmiah modern, sebagaimana ia telah menjadi dasar masyarakat muslim masa pertengahan yang dibangun berdasarkan keimanan.

4. Sayyid Ahmad Khan (w. 1898 M) 

Sayid Ahmad Khan
Sayyid Ahmad Khan lahir di Delhi India, adalah seorang pembaru yang produktif dengan berbagai karya, di antaranya pemikirannya tentang sosial politik dengan melakukan asimilasi antara kaum muslimin dan kebudayaan inggris dengan menulis sebuah buku yang berjudul Ahkam Ta'am Ahl Al-Kitab (Hukum Makanan Ahli Kitab). Dalam bidang pendidikan pada tahun 1878 ia mendirikan Muhammaden Anglo Oriental College (MAOC) yang pada tahun 1920 menjadi Universitas Islam Aligarh. Sedangkan pada tahun 1886 mendirikan Muhammaden Education Confrence yang merupakan pendidikan nasional yang seragam di India. Adapun dalam bidang agama cara ia menelaah dan memberi intepretasi terhadap Al-Qur'an dan Hadis cenderung mengarah pada pemikiran rasional. 

Dengan memperhatikan beberapa upaya yang telah dilakukan oleh para tokoh pembaru tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gerakan-gerakan pembaruan sebelum abad ke-20 ini memiliki beberapa persamaan, yaitu (1) gerakan-gerakan itu datang dari internal masyarakat Islam sendiri, (2) gerakan-gerakan itu pada prinsipnya melakukan kritik terhadap sufisme yang cenderung menjauhi tugas-tugas manusia muslim dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, (3) gerakan-gerakan ini menekankan mutlak perlunya rekonstruksi sosio-moral dan sosioetis masyarakat Islam agar sesuai, atau paling tidak mendekati Islam sebagaimana yang dikehendaki oleh Al-Qur' an dan Sunnah, (4) gerakan-gerakan ini mengobarkan semangat ijtihad yaitu penggunaan akal pikiran guna memecahkan berbagai persoalan yang timbul dalam masyarakat Islam dengan referensi utama yaitu Al-Qur'an dan Hadis. 

5. Muhammad Abduh (w. 1902 M) 

Muhammad Abduh
Muhammad Abduh dilahirkan di Mesir tahun 1849 M, dan dididik di Al-Azhar. Dalam melakukan gerakan pembaruan ia melaksanakannya dengan menulis artikel di media massa seperti di Koran Al-Ahram Abduh adalah murid Jamaluddin al-Afghani. Dalam melakukan pembaruan atau modernisme Islam, Abduh memandang bahwa suatu perbaikan tidak selalu datang melalui revolusi atau cara serupa. Seperti halnya perubahan sesuatu secara cepat dan drastis. Akan tetapi juga dilakukan melalui perbaikan metode pemikiran pada umat Islam. Metode pemikiran tersebut dapat dilakukan melalui perbaikan akhlak, pendidikan dan pembelajaran, serta dengan pembentukkan masyarakat yang berbudaya dan berfikir yang dapat melakukan pembaruan dalam agamanya. Dengan demikian akan tercipta rasa aman dan keteguhan dalam menjalankan agama Islam. 

Menurut Abduh, kemunduran yang terjadi pada umat Islam disebabkan oleh paham Jumud. Jumud diartikan suatu keadaan statis atau tidak adanya perubahan. Dengan hal tersebut maka umat Islam tidak menghendaki atau tidak mau menerima perubahan. Umat Islam hanya berpegang teguh pada tradisi. Sikap ini dibawa oleh orang-orang bukan Arab yang kemudian merampas kekuasaan politik di dunia Islam. Dengan terlibatnya mereka di dalam Islam, adat-istiadat dan paham-paham animisme mereka ikut mempengaruhi umat Islam yang mereka perintah. Disamping itu, mereka bukan pula kalangan bangsa yang mementingkan fungsi pemakaian akal seperti yang dianjurkan dalam Islam, melainkan berasal dari bangsa yang bodoh dan tidak kenal pada ilmu pengetahuan. Paham jumud yang terjadi di masyakat seperti memuja yang berlebih kepada syekh dan wali, kepatuhan yang tidak ada dasarnya terhadap ulama (taklid), serta penyerahan seluruh apa yang ada pada qada dan qadar. Landasan pemikiran Abduh adalah bahwasannya wahyu dan akal itu selaras. Tuhan telah menciptakan sifat dasar dari manusia itu selaras dengan agama. Dan setiap spekulasi logis menuntun ke arah keimanan pada Tuhan sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur'an. Kepercayaan pada kekuatan akal merupakan dasar peradaban suatu bangsa. Akal yang terlepas dari ikatan tradisi dapat membawa pada kemajuan. Pemikiran akal akan menimbulkan ilmu pengetahuan. 

6. Muhammad Ali Jinnah (w. 1948 M) 

Muhammad Ali Jinnah
Muhammad Ali Jinnah lahir di Karachi pada tahun 1876 sebagai “Bapak Pendiri Pakistan” penerus gerakan pembaruan sebelumnya Muhammad Iqbal sebagai arsitek, penggerak dan pemikir ideaisme. Ia merupakan tokoh penentu tentang kebangkitan Islam India. Dengan segala kegigihan dan keberaniannya ia terus mewujudkan suatu koloni Islam yang diikat dalam suatu pemerintahan Islam mandiri dan terbebas dari intervensi pihak mana pun.

7. Rasyid Ridha (w. 1935 M) 

Rasyid Ridha lahir di Qalmoun, Syam tahun 1865 M. Upaya dan pemikirannya adalah meluruskan pemahaman agama melalui penerbitan majalah dan tafsir Al-Qur'an Al-Manar dan memperbarui sistem pendidikan dan pengajaran dengan metode baru dengan menambahkan mata pelajaran umum pada kurikulum madrasah dan sekolah tradisional, di samping mata pelajaran agama. Ia juga telah mendirikan sekolah bernama Al-Madrasah Ad-Dakwah wa Al-Irsyad pada ahun 1912 di Kairo. 

Rosyid Ridha

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Maulana Malik Ibrahim (w. 1419 M)

Nama lengkapnya adalah Maulana Mahdum Ibrahim as-Samarkandy , diperkirakan lahir di Samarkand Uzbekistan Asia Tengah, pada paruh pertama abad ke-14 M. Beliau mempunyai hubungan kerabat dengan Maulana Ishak, seorang ulama ternama di Samudera Pasai yang merupakan ayah dari Sunan Giri (Raden Paku). Ishak dan Ibrahim adalah anak ulama Persia bernama Maulana Jumadil Kubra, yang bertempat tinggal di Samarkand. Beliau diyakini sebagai generasi ke-10 dari Husain bin Ali, cucu Nabi Muhammad Saw. Maulana Malik Ibrahim pernah bertempat tinggal di Campa, Kamboja, selama 13 (tiga belas) tahun, mulai tahun 1379 sampai 1392 M, dan menikah dengan putri raja Campa. Dari perkawinan ini lahir dua putra yaitu Raden Rahmat (Sunan Ampel) dan Sayid Ali Murtadho (Raden Santri).  Merasa cukup menjalankan misi dakwah di negeri itu, pada tahun 1392 M. Maulana Malik Ibrahim hijrah ke Pulau Jawa meninggalkan keluarganya. sebelum beliau datang, Islam sudah ada, walaupun belum berkembang, ini dibuktikan dengan adany

Pusat Peradaban Masa Dinasti Bani Abbasiyah: Bagdad

Sejarah mencatat bahwa Bagdad sebagai ibu kota Dinasti Bani Abbasiyah merupakan kota dengan peradaban tingkat tinggi, khususnya zaman keemasan Khalifah Harun ar-Rasyid (786-809). Pada saat itu, Bagdad muncul sebagai pusat dunia dalam segala aspeknya dengan kemakmuran dan peran internasional yang sangat luar biasa. Boleh dikatakan bahwa Bagdad menjadi satu-satunya saingan kerajaan Byzantium. Kejayaannya seiring dengan kemakmuran kerajaan, terutama ibu kotanya. Saat itulah, Bagdad menjadi kota yang tiada bandingannya di seluruh dunia (Philip K. Hitti: 375). Setelah Bagdad, terdapat dua kerajaan Islam yang juga mengalami kemajuan, yaitu Dinasti Fatimiyah di Mesir dan Dinasti Bani Umayyah di Andalusia Spanyol. Di Bagdad terdapat bangunan istana kerajaan sangat megah, di dalamnya terdapat ruangan untuk para harem, pembantu laki-laki yang dikebiri, dan pejabat-pejabat khusus, menempati sepertiga dari kota lingkaran itu. Bagian Yang paling mengesankan adalah ruang pertemuan yang dilengkapi de

Pendekatan Dakwah Wali Songo

Kesuksesan walisongo dalam menyebarkan ajaran Islam bukan serta merta sukses tanpa proses panjang dan perencanaan besar dalam kerangka filosofis. Peleburan diri mereka dengan budaya dan karakter masyarakat Jawa adalah implementasi kongkritnya. Berdasarkan penjelasan di atas, sejarah mencatat bahwa metode dakwah islamisasi walisongo melalui beberapa pendekatan, yaitu:  1. Pendidikan  Para wali, pada mulanya mendirikan tempat ibadah/masjid. Masjid waktu itu bukan hanya berfungsi sebagai tempat ibadah semata, tetapi juga sebagai tempat pendidikan agama Islam atau pesantren. Di dalamnya, dengan dipimpin para wali telah banyak berbagai persoalan masyarakat dapat dipecahkan sesuai ajaran Islam. Tidak hanya itu, masyarakat kecil yang buta aksara juga dapat menyentuh dunia pendidikan, mengingat pada saat itu pendidikan hanya dapat dinikmati oleh para keluarga kerajaan. Sunan Ampel misalnya, sangat fokus melakukan dakwah melalui pendidikan dengan membangun pesantren sebagai tempat belajar. Pesa