Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2019

Dampak Dinasti Bani Abbasiyah Pada Kemajuan Peradaban Islam

Perkembangan sosial budaya pada masa awal Dinasti Bani Abbasiyah tentu saja berdampak pada perkembangan umat Islam. Di antara dampak yang terlihat adalah dengan semakin luasnya wilayah taklukan Dinasti Bani Abbasiyah secara otomatis semakin kompleks pula penduduk. Banyaknya penduduk asli yang pindah ke agama Islam, dan digunakannya bahasa Arab sebagai bahasa percakapan sehari-hari. Perubahan ini mempunyai nilai positif karena menambah warga Muslim, tetapi juga mempunyai sisi negatif dengan direkrutnya mereka ke dalam sistem kenegaraan seperti menjadi wazir dan tentara yang mengakibatkan banyak orang Arab iri, dan menimbulkan persoalan disintegrasi bangsa karena sentimen kesukuan. Di samping itu, posisi warga non muslim pada pemerintahan Islam juga mengalami kebebasan yang berarti. Mereka yang berada di pedesaan adalah mayoritas petani, sedangkan yang berada di perkotaan di samping sebagai pedagang, tetapi juga banyak yang duduk di pemerintahan. Hal ini menyebabkan kecemburuan dari komu

Pusat Peradaban Masa Dinasti Bani Abbasiyah: Bagdad

Sejarah mencatat bahwa Bagdad sebagai ibu kota Dinasti Bani Abbasiyah merupakan kota dengan peradaban tingkat tinggi, khususnya zaman keemasan Khalifah Harun ar-Rasyid (786-809). Pada saat itu, Bagdad muncul sebagai pusat dunia dalam segala aspeknya dengan kemakmuran dan peran internasional yang sangat luar biasa. Boleh dikatakan bahwa Bagdad menjadi satu-satunya saingan kerajaan Byzantium. Kejayaannya seiring dengan kemakmuran kerajaan, terutama ibu kotanya. Saat itulah, Bagdad menjadi kota yang tiada bandingannya di seluruh dunia (Philip K. Hitti: 375). Setelah Bagdad, terdapat dua kerajaan Islam yang juga mengalami kemajuan, yaitu Dinasti Fatimiyah di Mesir dan Dinasti Bani Umayyah di Andalusia Spanyol. Di Bagdad terdapat bangunan istana kerajaan sangat megah, di dalamnya terdapat ruangan untuk para harem, pembantu laki-laki yang dikebiri, dan pejabat-pejabat khusus, menempati sepertiga dari kota lingkaran itu. Bagian Yang paling mengesankan adalah ruang pertemuan yang dilengkapi de

Perkembangan Peradaban/Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan

Perkembangan peradaban/kebudayaan dan ilmu pengetahuan pada masa Dinasti Bani Abbasiyah sangat erat hubungannya dengan gerakan penerjemahan. Gerakan ini dilakukan oleh para ilmuwan dari berbagai latar belakang agama, suku, ras, bangsa dan didukung penuh oleh para penguasa pada waktu itu. 1. Kebudayaan Non Fisik  a. Gerakan Penerjemahan dan Baitul Hikmah  Perkembangan peradaban dan ilmu pengetahuan masa Dinasti Bani Abbasiyah didorong oleh adanya gerakan penerjemahan dan berdirinya Baitul Hikmah oleh penguasa Dinasti Bani Abbasiyah. Kegiatan penerjemahan sudah dimulai sejak masa Dinasti Bani Umayyah, namun gerakan besar-besaran menerjemahkan manuskrip-manuskrip berbahasa asing terutama Bahasa Yunani dan Persia ke dalam bahasa Arab mengalami masa kejayaannya pada masa Dinasti Bani Abbasiyah. Para penguasa Abbasiyah menugaskan para ilmuwan ke daerah Bizantium guna mencari naskah-naskah Yunani dalam berbagai bidang ilmu terutama filsafat dan kedokteran. Juga dilakukan pencarian manuskrip-m

Faktor-faktor Kemunduran dan Kejatuhan Dinasti Bani Abbasiyah

Kekuasaan Dinasti Saljuk atas Dinasti Bani Abbasiyah berakhir setelah kematian Maliksyah (1072-1092). Pada periode ini, Khalifah Abbasiyah tidak lagi berada di bawah kekuaasaan suatu dinasti tertentu, sehingga banyak sekali dinasti-dinasti Islam yang berdiri secara independen. Pada masa inilah, Dinasti Bani Abbasiyah mengalami kemunduran. Terdapat faktor internal dan eksternal yang disinyalir menjadi penyebab kemunduran Dinasti Bani Abbasiyah sebagai berikut: 1. Internal  Wilayah pemerintahan Dinasti Bani Abbasiyah sangat luas meliputi barat sampai samudera Atlantik, di sebelah timur sampai India dan perbatasan China, dan di utara dari Laut Kashpia sampai keselatan Teluk Persia. Wilayah kekuasaan Abbasiyah yang hampir sama luasnya dengan Wilayah kekuasaan dinasti Mongol, tidak mudah dikendalikan oleh para khalifah yang lemah dan tidak terampil. Di samping itu, pada saat itu boleh dikatakan sistem komunikasi masih sangat lemah dan belum maju, sehingga menyebabkan adanya kendala komunika

Corak Pemerintahan Dinasti Bani Abbasiyah

Corak pemerintahan Dinasti Bani Abbasiyah dipengaruhi oleh model Persia. Aspek hirarkis tertentu budaya politik Islam memang berkaitan dengan model Persia, terutama tentang martabat raja, terlebih sejak abad ke-4 H/ke-10. Bahkan telah terjadi akulturasi timbal balik dengan pengaruh yang lebih luas dan mendalam antara Islam dan budaya Persia. Akulturasi timbal balik itu meliputi beragam aspek, mulai dari pemerintahan sampai stratifikasi sosial. Dalam bab ini akan dibahas tentang bagaimana bentuk negara dan pemerintahan, sistem administrasi pemerintahan, dan militer yang dibangun berdasarkan hasil akulturasi timbal balik antara Islam dan budaya Persia. Jika kita telusuri kembali tentang bagaimana bentuk negara dan pemerintahan dalam Islam sejak masa Rasulullah Saw. sampai pemerintahan Dinasti Bani Abbasiyah ini, maka kita akan dapati beberapa perbedaan bentuk antara satu periode dengan periode lainnya. Paling tidak terdapat empat bentuk negara dengan cirri-ciri khas masing-masing. Bila d

Wilayah Kekuasaan dan Fase Pemerintahan

Secara politik, Wilayah Dinasti Bani Abbasiyah pada masa keemasannya meliputi lebih dari 24 propinsi, mulai dari Afrika sampai ke Bukhara dan Samarkand, suatu pemerintahan super power pada masa itu. Wilayah kekuasaan Islam amat luas yaitu meliputi Wilayah yang telah dikuasai oleh Dinasti Bani Umayyah antara lain Hijaz, Yaman Utara dan Selatan, Oman, Kuwait, Irak, Iran, Yordania, Palestina, Libanon, Mesir, Tunisia, Aljazair, Maroko, Spanyol, Afganistan, dan Pakistan. Daerah-daerah tersebut memang belum sepenuhnya berada di Wilayah Dinasti Bani Umayyah, namun di masa kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah perluasan daerah dan penyiaran Islam semakin berkembang, sehingga meliputi daerah Turki, Armenia, dan sekitar Laut Kaspia. Luasnya wilayah ini sangat berimplikasi pada semakin kompleksnya umat Islam baik secara geografis, sosial, budaya maupun etnis golongan. Perkembangan ini didukung oleh tingkat perekonomian dari sektor perpajakan, perdagangan, pertanian, perindustrian yang semakin maju dan

Berdirinya Dinasti Bani Abbasiyah

Dinasti Bani Abbasiyah berlangsung selama hampir lima setengah abad atau 524 tahun (132-656 H/750-1254 M). Pemimpin pertama Dinasti Bani Abbasiyah adalah Abdullah Abu al-Abbas as-Saffah yang memerintah antara tahun 132-136 H/750-754 M. Disebut Dinasti Bani Abbasiyah karena dinisbatkan kepada Abbas ibn Abdul Muthalib, salah seorang paman Nabi Muhammad Saw. Sejarawan mencatat bahwa Abbas ibn Abdul Muthalib yang hidup di masa Rasulullah tidak pernah menunjukkan ambisi politiknya. Anaknya bernama Abdullah ibn Abbas mewarisi karakter ayahnya, kurang begitu berminat pada masalah politik. Beliau lebih memfokuskan diri pada hal-hal yang bersifat ilmiah, seperti menekuni belajar hadis, sehingga dikenal sebagai salah seorang ahli hadis terkemuka di Hijaz pada abad pertama Hijriyah. Orang-orang di Hijaz menjulukinya dengan as-Sajjad (orang yang banyak sujud) karena dia banyak melaksanakan sujud ketika salat wajib maupun sunnah. Di samping itu, Abdullah juga dijuluki sebagai dzu an-nafathat yang a