Langsung ke konten utama

Perkembangan Islam di Malaysia

1. Sejarah dan Populasi 

Malaysia adalah sebuah negara federasi, yang terdiri dari tiga belas negara bagian dan tiga wilayah persekutuan di Asia Tenggara dengan luas 329.847 km persegi. Ibu kotanya adalah Kuala Lumpur, sedangkan Putrajaya menjadi pusat pemerintahan persekutuan. Negara ini terdiri dari dua kawasan, yaitu Malaysia Barat dan Malaysia Timur. Malaysia berbatasan dengan Thailand, Indonesia, Singapura, Brunei, dan Filipina. Kepala negara Malaysia adalah Yang di-Pertuan Agong dan pemerintahannya dikepalai oleh seorang Perdana Menteri. Model pemerintahan Malaysia mirip dengan sistem parlementer Westminster. Pada tanggal 31 Agustus 1957, Inggris memberikan kemerdekaan kepada Federasi Persekutuan Tanah Melayu dengan kepala negara pertama Tuanku Sir Abdul Rahman bin almarhum Tuanku Muhammad. 


Menurut website resmi Negara Malaysia, pada tahun 2015 jumlah penduduk Malaysia berkisar 28.030.000 orang, terdiri dari orang Melayu 19.150.000, Cina 6.620.000, India 1.988.000, dan lain-lain 270.000: Meski Islam menjadi agama mayoritas di Malaysia (55%), negara ini menjamin penganut agama-agama lain seperti Budha (17%), Konghuchu, Tao, Chinese (11%), Kristen (8,6%), dan Hindu (7%).

2. Hubungan Islam dan Negara 

Islam di Malaysia menduduki posisi penting. Penguasa atau pemerintah Malaysia menjadikan Islam sebagai agama resmi negara. Islam dan negara di Malaysia memiliki hubungan erat, isu Melayu-Islam-Pribumi menjadi tema utama dalam bidang politik pemerintahan. Isu-isu tersebut dipergunakan oleh partai-partai politik untuk mencari simpati masyarakat, kelak kemudian dapat memenangkan pemilihan umum di Malaysia. Hingga kini, sudah ada enam Perdana Menteri Malaysia, Tunku Abdul Rahman (1957-1970) disebut sebagai bapak kemerdekaan dan bapak Malaysia, Tun Abdul Razak (1970-1976) disebut sebagai bapak pembangunan, Tun Hussein Onn (1976-1981) disebut sebagai bapak perpaduan, Tun Dr. Mahatir Mohamad (1981-2003) disebut juga sebagai bapak pemodernan, Tun Abdullah Ahmad Badawi (2003-2009) disebut sebagai bapak pembangunan modal insan, dan sekarang Dato' Sri Mohd Najib Tun Abdul Razak (2009-sekarang) disebut sebagai bapak transformasi. 


Organisasi Nasional Melayu Bersatu; (United Malays National Organisation, UMNO) adalah partai politik terbesar di Malaysia dan pendiri dari koalisi Barisan Nasional, yang telah memerintah Malaysia sejak kemerdekaannya hingga sekarang. Partai ini adalah aktor utama yang mewarnai perkembangan pemikiran Islam dan mengarahkan opini publik dalam pemikiran dan pelaksanaan ajaran Islam di Malaysia. Lawan UMNO adalah Partai Islam Se-Malaysia (PAS). Semenjak tahun 1970an, partai ini memposisikan diri sebagai pembela Islam melawan UMNO yang dicitrakan tidak islami. Hal ini membuat partai pemerintah tersebut mulai menafsirkan Islam secara massif untuk menciptakan sebuah Islam yang modern dan moderat yang sesuai dengan tujuan pembangunan yang dibawa UMNO. Usaha ini semakin gencar dilakukan di era Perdana Menteri Dr. Mahathir Mohamad. Pada awal tahun 1980an, pemerintah mulai merealisasikan program islamisasi yang didesain untuk meningkatkan komitmen UMNO dan Barisan Nasional. Di antara programnya adalah pendirian bank Islam, Universitas Islam (Islamic International University of Malaysia), asuransi Islam, dan mendirikan think-thank yang dinamakan Institut Kepahaman Islam Malaysia (IKIM) untuk menyebarkan pemahaman Islam yang diinginkan oleh pemerintah. Bersamaan dengan upaya-upaya ini, pemimpin-pemimpin muda juga direkrut ke dalam pemerintahan, termasuk di antaranya adalah Anwar Ibrahim yang pada saat itu adalah ketua Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM). Di samping itu, pemerintah juga mendukung penerbitan buku-buku Islam dan mendanai kegiatan-kegiatan dan seminar-seminar tentang Islam. Program keagamaan di televisi juga diperbanyak. Di semua kantor pemerintahan dilengkapi dengan bagian keagamaan dan setiap gedung pemerintah disediakan tempat salat yang juga berfungsi sebagai tempat pelaksanaan ceramah dan kursus agama Islam. 

Pemerintah berusaha mengarahkan energi umat Islam Malaysia dari dogmatisme dan konservatisme menuju kemodernan dan kemajuan. Malaysia mengandaikan zaman keemasan Islam di masa silam sebagai cita-cita untuk diraih. Cara yang dilakukan untuk mencapai cita-cita tersebut adalah melalui pembangunan ekonomi. Di saat yang sama, pemerintah juga berupaya untuk mengontrol atas penafsiran dan pelaksanaan ajaran Islam, termasuk di dalamnya melalui legislasi hukum Islam. Sejalan dengan upaya legislasi ini, pemerintah federal Malaysia melalui lembaga-lembaga terkait mulai mengkaji pengundangan Islam secara serius. Di antara lembaga-lembaga yang terlibat antara lain Jawatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM), Kejaksaan Agung, dan para akademisi khususnya dari International Islamic University Malaysia (IIUM). 

Pada waktu Dr. Mahathir Mohamad menjadi perdana menteri, para ulama juga direkrut untuk menjadi pegawai pemerintah sehingga kebijakan-kebijakan pemerintah dapat didukung sebagai kebijakan yang islami. Sampai dengan tahun 1982, pemerintah federal telah merekrut lebih dari 100 ulama untuk menduduki jabatan di departemen pengembangan Islam di kantor Perdana Menteri dan lebih dari 700 ulama dan sarjana Islam ditempatkan di Kementrian Pendidikan. Rekrutmen tersebut adalah upaya strategis oleh Negara untuk dua tujuan. Tujuan pertama adalah untuk memperkuat legitimasi program-program Islam yang dilancarkan pemerintah menghadapi opini-opini yang berlawanan di bidang keagamaan yang biasanya dilancarkan oleh para ulama dan intelektual Islam yang tergabung dalam PAS, Darul Arqam dan ABIM. 

3. Pendidikan dan Lembaga Keagamaan 

Di Malaysia pendidikan Islam terus berkembang terutama setelah kemerdekaan tahun 1957. Masalah ini dapat dilihat dalam perundang-undangan terkait masalah pendidikan. Dalam Ordinan Pelajaran 1957 tidak disebutkan secara eksplisit tentang biaya mengikuti pelajaran agama Islam. Perundangan tersebut diubah dalam rekomendasi statemen Abdul Rahman Talib 1960, terkait biaya dinyatakan bahwa segala biaya berkaitan pelajaran agama Islam ditanggung oleh Kementerian Pelajaran. Kemudian, Akta Pelajaran 1961 telah mengatur kewenangan selain mewajibkan sekolah-sekolah kerajaan memasukkan mata pelajaran agama Islam kepada murid-murid dua jam dalam seminggu jika di sekolah tersebut terdapat 15 murid Islam atau lebih. Tahun 1962 merupakan tahun Akta Pelajaran 1961 mulai diperkuat pelaksanaannya, pelajaran agama Islam telah dimasukkan dalam pelajaran kepada murid-murid yang beragama Islam selama 120 menit seminggu. Guru Agama juga diangkat untuk mengajar mata pelajaran tersebut. Dengan terlaksananya akta ini, murid-murid Islam terjamin mendapat pendidikan Islam selama sebelas tahun, yaitu enam tahun di sekolah rendah dan lima tahun di sekolah menengah. | 

Kurikulum pelajaran agama Islam disesuaikan dengan jenjang pendidikan masing-masing. Tidak mungkin anak didik dibebani mata pelajaran yang tidak sesuai dengan jenjangnya. Di sekolah rendah diantaranya ialah akidah, ibadah, sejarah rasul-rasul, budi pekerti dan bacaan Al-Qur'an. Pada jenjang menengah di antaranya ialah fikih, tauhid, sejarah Islam, ayat Al-Qur'an dan Hadis. 

Pada tahun 1979, Pemerintah Kabinet yang mengkaji pelaksanaan dasar pelajaran telah mengeluarkan satu laporan menyeluruh berkaitan aspek pendidikan negara termasuk kurikulumnya. Hasil kajian tersebut, Kurikulum Baru Sekolah Rendah (KBSR) telah diubah dan dilaksanakan secara keseluruhan pada 1983. KBSR diteruskan diperingkat sekolah menengah pada tahun 1988 yakni setelah enam tahun KBSR dilaksanakan di sekolah rendah dengan nama Kurikulum Bersepadu Sekolah Menengah (KBSM). Pada saat itu juga mata pelajaran pendidikan Islam dijadikan mata pelajaran utama di peringkat menengah rendah dan menengah tinggi. Di antara mata pelajaran tersebut adalah selain Pendidikan Islam yakni Tasawuf Islam, Pendidikan Al-Qur'an dan As-Sunnah dan Pendidikan Syariah Islam. 

Mata pelajaran pendidikan Islam terus dikemas setelah diperkenalkan Kurikulum Bersepadu Sekolah Rendah (KBSR) pada tahun 1993 untuk menggantikan Kurikulum Baru Sekolah Rendah. Mata pelajaran pendidikan Islam ditambah satu bidang lagi yaitu bidang asas akhlak Islam. Ini menjadikan mata pelajaran pendidikan Islam mempunyai tiga bidang yakni asuhan Al-Qur'an, asas syariah Islam dan asas akhlak Islam. Penambahan ini bertujuan untuk membentuk perilaku murid Islam ke arah mengamalkan nilai-nilai yang terpuji. Mata pelajaran pendidikan Islam terus diperkuat lagi dengan mewujudkan program j-QAF, yaitu jawi, Al-Qur'an, bahasa Arab dan fardu ain. Program ini dicetuskan oleh mantan Perdana Menteri kelima Tun Abdullah Hj. Ahmad Badawi, yang bertujuan untuk memperkuat penguasaan jawi, memastikan murid-murid khatam Al-Qur'an di sekolah rendah, mewajibkan pelajaran bahasa Arab dan memantapkan amalan dan penghayatan fardu ain. Program j-QAF dimaksudkan untuk memperkuat pendidikan Islam dan sekaligus memantapkan sistem pendidikan kebangsaan. Program ini telah dilaksanakan sejak tahun 2005 untuk pelajar sekolah rendah. Dan diprediksi akan mulai dilaksanakan di sekolah menengah apabila semua tahap di sekolah rendah telah dilaksanakan seluruhnya.

Masjid Sultan Salahudin Abdul Aziz adalah sebuah masjid negara di Selangor, Malaysia. Masjid ini adalah masjid terbesar di negara bagian tersebut dan juga masjid terbesar kedua di Asia Tenggara

Aktifitas keberagamaan di Malaysia tidak kalah religius dengan negara-negara yang mayoritas berpenduduk Islam. Sejarah mencatat bahwa penduduk muslim Malaysia adalah muslim yang taat beribadah. Sebagai hasil peradaban-peradaban Islam di Malaysia juga didirikan masjid-masjid sebagai pusat aktifitas keberagamaan. Masjid-masjid yang didirikan di antaranya adalah Masjid Ubaidiah yang terletak di Kuala Kancong. Peranan seorang Ulama di Malaysia sangat penting dalam aktifitas dakwah dan pengelolaan masjid-masjid yang menjadi pusat aktifitas keberagamaan di Malaysia. Selain masjid yang menjadi pusat kegiatan keberagamaan umat Islam Malaysia, sekolah-sekolah Islam juga menjadi pusat pendidikan Islam yang dikelola oleh Ulama.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Maulana Malik Ibrahim (w. 1419 M)

Nama lengkapnya adalah Maulana Mahdum Ibrahim as-Samarkandy , diperkirakan lahir di Samarkand Uzbekistan Asia Tengah, pada paruh pertama abad ke-14 M. Beliau mempunyai hubungan kerabat dengan Maulana Ishak, seorang ulama ternama di Samudera Pasai yang merupakan ayah dari Sunan Giri (Raden Paku). Ishak dan Ibrahim adalah anak ulama Persia bernama Maulana Jumadil Kubra, yang bertempat tinggal di Samarkand. Beliau diyakini sebagai generasi ke-10 dari Husain bin Ali, cucu Nabi Muhammad Saw. Maulana Malik Ibrahim pernah bertempat tinggal di Campa, Kamboja, selama 13 (tiga belas) tahun, mulai tahun 1379 sampai 1392 M, dan menikah dengan putri raja Campa. Dari perkawinan ini lahir dua putra yaitu Raden Rahmat (Sunan Ampel) dan Sayid Ali Murtadho (Raden Santri).  Merasa cukup menjalankan misi dakwah di negeri itu, pada tahun 1392 M. Maulana Malik Ibrahim hijrah ke Pulau Jawa meninggalkan keluarganya. sebelum beliau datang, Islam sudah ada, walaupun belum berkembang, ini dibuktikan dengan adany

Pusat Peradaban Masa Dinasti Bani Abbasiyah: Bagdad

Sejarah mencatat bahwa Bagdad sebagai ibu kota Dinasti Bani Abbasiyah merupakan kota dengan peradaban tingkat tinggi, khususnya zaman keemasan Khalifah Harun ar-Rasyid (786-809). Pada saat itu, Bagdad muncul sebagai pusat dunia dalam segala aspeknya dengan kemakmuran dan peran internasional yang sangat luar biasa. Boleh dikatakan bahwa Bagdad menjadi satu-satunya saingan kerajaan Byzantium. Kejayaannya seiring dengan kemakmuran kerajaan, terutama ibu kotanya. Saat itulah, Bagdad menjadi kota yang tiada bandingannya di seluruh dunia (Philip K. Hitti: 375). Setelah Bagdad, terdapat dua kerajaan Islam yang juga mengalami kemajuan, yaitu Dinasti Fatimiyah di Mesir dan Dinasti Bani Umayyah di Andalusia Spanyol. Di Bagdad terdapat bangunan istana kerajaan sangat megah, di dalamnya terdapat ruangan untuk para harem, pembantu laki-laki yang dikebiri, dan pejabat-pejabat khusus, menempati sepertiga dari kota lingkaran itu. Bagian Yang paling mengesankan adalah ruang pertemuan yang dilengkapi de

Pendekatan Dakwah Wali Songo

Kesuksesan walisongo dalam menyebarkan ajaran Islam bukan serta merta sukses tanpa proses panjang dan perencanaan besar dalam kerangka filosofis. Peleburan diri mereka dengan budaya dan karakter masyarakat Jawa adalah implementasi kongkritnya. Berdasarkan penjelasan di atas, sejarah mencatat bahwa metode dakwah islamisasi walisongo melalui beberapa pendekatan, yaitu:  1. Pendidikan  Para wali, pada mulanya mendirikan tempat ibadah/masjid. Masjid waktu itu bukan hanya berfungsi sebagai tempat ibadah semata, tetapi juga sebagai tempat pendidikan agama Islam atau pesantren. Di dalamnya, dengan dipimpin para wali telah banyak berbagai persoalan masyarakat dapat dipecahkan sesuai ajaran Islam. Tidak hanya itu, masyarakat kecil yang buta aksara juga dapat menyentuh dunia pendidikan, mengingat pada saat itu pendidikan hanya dapat dinikmati oleh para keluarga kerajaan. Sunan Ampel misalnya, sangat fokus melakukan dakwah melalui pendidikan dengan membangun pesantren sebagai tempat belajar. Pesa